Wacana Fullday School di Indonesia. Sudah beberapa bulan ini kita seringkali membaca dan mendengar berita tentang pendidikan di Indonesia. Terutama pendidikan di Indonesia yang mana mengenai akan diterapkannya sistem fullday school selama lima hari sekolah dalam satu minggu, dan sabtu-minggu menjadi hari libur. Dengan ramainya pembicaraan didunia pendidikan mengenai sistem fullday school tersebut, terjadilah beda pendapat di antara yang pro dan kontra. Ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju dengan sekolah fullday school.
Pendapat saya pribadi, melihat bahwa geografis Indonesia yang sangat beragam. Saya setuju dengan diterapkannya fullday school tersebut dengan catatan hanya untuk sekolah yang mampu saja. Artinya bahwa semua stakeholder dalam sekolah tersebut tidak ada yang menentang dengan sistem fullday school tersebut, transportasi dan komunikasi mudah serta terjangkau. Sekolah, perangkat sekolah, dan siswa juga harus siap dengan kebijakan fullday school tersebut. Biasanya hal tersebut dapat kita temui pada sekolah yang berada di pusat perkotaan.
Saya tidak setuju diterapkan sistem fullday school di sekolah-sekolah yang letaknya jauh dari keramaian. Biasanya sekolah seperti ini terdapat di pelosok ataupun pedesaan. Karena murid dan guru juga masih banyak yang jauh jaraknya dari sekolah. Sehingga dikhawatirkan jika siswa yang jauh masih banyak juga perjalanan berangkat dan pulang itu ada yang memakan waktu berjam-jam, daerahnya yang masih asli, jalan kaki berliku melewati hutan, sungai, bukit, lembah dan lainnya. Tentunya sistem fullday school tidak cocok diterapkan pada sekolah dengan kondisi dan situasi tersebut.
Jadi, bagaimanakah pendapat menurut bapak ibu semua mengenai fullday school tersebut ?
Ilustrasi pada gambar di bawah adalah pada sebuah SMP N yang letaknya di pelosok pinggir hutan dan jauh dari kota, sekolah sampai pukul 14.00 wib saja masih banyak sekali murid yang kecapaian hingga ketiduran.